Langsung ke konten utama

DERET UKUR DAN HITUNG

 A. Pengertian Deret

Deret adalah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi kaidah-kaidah tertentu. Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan pembentuk sebuah deret dinamakan suku. Keteraturan rangkaian bilangan yang membentuk sebuah deret terlihat pada “pola perubahan” bilangan-bilangan tersebut dari satu suku ke suku berikutnya. Dilihat dari jumlahnya suku yang membentuk, deret digolongkan atau deret terhingga dan takterhingga. Deret berhingga adalah deret yang jumlah suku-suku tertentu, sedangkan deret berhingga adalah deret yang jumlah suku-sukunya tidak terbatas. Sedangkan dilihat dari segi pola perubahan bilangan ada suku-sukunya, deret bisa dibeda-bedakan menjadi deret hitung, deret ukur dan deret harmoni. 

Contoh: Jumlah kursi pada setiap barisnya dalam ruang seminar tersebut dapat dinyatakan dengan barisan bilangan 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, .... Urutan tersebut merupakan barisan bilangan karena memiliki pola, yaitu "ditambah 2". terdapat 7 baris kursi maka jumlah seluruh kursi dalam ruang seminar tersebut dapat dihitung dengan cara: 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + 13 + 15 = 63 Selanjutnya, diperoleh jumlah seluruh kursi dalam ruang seminar tersebut adalah 63 buah. Hasil penjumlahan 7 suku pada suatu deret disimbolkan dengan 𝑆7 maka pada deret 3 + 5+ 7 + 9 + 11 + 13 + 15 +.... diperoleh 𝑆7 = 63. Uraian tersebut memperjelas definisi deret berikut. Berikut dapat dilihat beberapa contoh deret. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 dinamakan deret 6 bilangan asli pertama 2 + 3 + 5 + 7 + 11 dinamakan deret 5 bilangan prima pertama 0 + 2 + 4 + 6 + 8 + 10 +12 dinamakan deret 7 bilangan genap pertama. Dalam Ilmu Ekonomi Deret Hitung dan Deret Ukur banyak digunakan dalam hal menghitung pertumbuhan penduduk dan pangan, mengukur biaya produksi dan pendapatan, serta menghitung bunga majemuk dalam dunia perbankan. 

B. Deret Hitung (Aritmatika)

 Deret aritmetika atau deret hitung adalah deret yang mempunyai beda yang tetap atau π‘ˆπ‘› − π‘ˆπ‘›−1 selalu tetap. Bentuk umum dari deret aritmetika atau deret hitung adalah π‘ˆ1 + π‘ˆ2 + π‘ˆ3 +. . . +π‘ˆπ‘› . Pada barisan bilangan, tiap –tiap bilangan yang terdapat pada barisan bilangan disebut suku. Hal ini juga berlaku untuk deret, yaitu setiap bilangan pada suatu deret disebut suku. Pada deret 1+5+9+13+17+..., maka: Suku ke-1= 1, ditulis π‘ˆ1 =1, Suku ke-2= 5, ditulis π‘ˆ2 =5,dst Barisan bilangan dinyatakan dengan


π‘ˆ1 , π‘ˆ2 , π‘ˆ3 ,..., π‘ˆπ‘› . dan

deret

bersesuaian dengan barisan bilangan itu dinyatakan dengan

yang

π‘ˆ1 + π‘ˆ2 +

π‘ˆ3 +. . . +π‘ˆπ‘› . Pada suatu deret, jika hasil dari π‘ˆ2 − π‘ˆ1 , π‘ˆ3 − π‘ˆ2 , π‘ˆ4 − π‘ˆ3 atau π‘ˆπ‘› − π‘ˆπ‘›−1 selalu tetap atau selalu sama, maka deret tersebut disebut deret aritmetika atau deret hitung.Bilangan yang selalu tetap itu disebut beda. Rumus suku ke- n deret aritmetika Dalam deret aritmetika π‘ˆ1 + π‘ˆ2 + π‘ˆ3 +. . . +π‘ˆπ‘› . Dengan beda b maka dapat ditentukan : 𝑼𝒏 = π‘ΌπŸ + (𝒏 − 𝟏)𝒃 Keterangan: 𝑼𝒏 = suku ke-n

𝒏 = banyaknya suku

π‘ΌπŸ = suku pertama

𝒃 = beda

Contoh: Dalam deret aritmetika diketahui π‘ˆ1 =5 dan π‘ˆ7 =29.tentukan besar bedanya! 
Jawab: π‘ˆ1 =5 dan π‘ˆ7 =29 , 𝑛 = 7

3

π‘ˆπ‘› = π‘ˆ1 + (𝑛 − 1)𝑏 π‘ˆ7 = 5 + (7 − 1)𝑏 29 = 5 + (7 − 1)𝑏 29 − 5 = (7 − 1)𝑏 24 = 6𝑏 𝑏=4 Jadi beda deret itu = 4 Rumus jumlah n suku pertama Jika n suku pertama dari deret aritmetika dinyatakan dengan 𝑆𝑛 ,maka : 𝑆𝑛 = π‘ˆ1 + π‘ˆ2 + π‘ˆ3 +. . . +π‘ˆπ‘› π‘ˆ2 = π‘ˆ1 + 𝑏 π‘ˆ3 = π‘ˆ1 + 2𝑏 π‘ˆπ‘›−1 = π‘ˆπ‘› − 𝑏 π‘ˆπ‘›−2 = π‘ˆπ‘› − 2𝑏 Jadi 𝑆𝑛 = π‘ˆ1 + (π‘ˆ1 + 𝑏) + (π‘ˆ1 + 2𝑏)+. . . +( π‘ˆπ‘› − 𝑏) + ( π‘ˆπ‘› − 2𝑏) + (π‘ˆπ‘› ) Jika urutan suku-suku pada penjumlahan di atas dibalik urutannya maka susunannya menjadi: 𝑆𝑛 = π‘ˆπ‘› + ( π‘ˆπ‘› − 𝑏) + ( π‘ˆπ‘› − 2𝑏) + ⋯ + (π‘ˆ1 + 𝑏) + (π‘ˆ1 + 2𝑏) + (π‘ˆ1 ) 𝑆𝑛 = π‘ˆ1 + (π‘ˆ1 + 𝑏) + (π‘ˆ1 + 2𝑏)+. . . +( π‘ˆπ‘› − 𝑏) + ( π‘ˆπ‘› − 2𝑏) + (π‘ˆπ‘› ) 𝑆𝑛 = π‘ˆπ‘› + ( π‘ˆπ‘› − 𝑏) + ( π‘ˆπ‘› − 2𝑏)+. . . +(π‘ˆ1 + 𝑏) + (π‘ˆ1 + 2𝑏) + (π‘ˆ1 ) 2𝑆𝑛 = (π‘ˆ1 + π‘ˆ2 ) + (π‘ˆ1 + π‘ˆπ‘› ) + (π‘ˆ1 + π‘ˆπ‘› )+. . . + (π‘ˆ1 + π‘ˆ2 ) + (π‘ˆ1 + π‘ˆπ‘› ) + (π‘ˆ1 + π‘ˆπ‘› ) maka 2 𝑆𝑛 = 𝑛(π‘ˆ1 + π‘ˆ2)

𝑆𝑛 = (π‘ˆ1 +π‘ˆ2 )

𝑺𝒏 = 2

𝟏 𝒏(π‘ΌπŸ + π‘ΌπŸ ) πŸπŸπ’‚π’•π’‚π’–

𝑺𝒏 = 4

𝟏 𝒏(π‘ΌπŸ + (𝒏 − 𝟏)𝒃 𝟐

C. Deret Ukur (Geometri) 

Deret ukur merupakan deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan perkalian terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan sukusuku sebuah deret ukur dinamakan pengganda, yakni merupakan hasil bagi antara nila suatu suku terhadap nilai suku di depannya. Suatu deret yang memiliki rasio (perbandingan) yang tetap atau hasil dari

π‘ˆ2 π‘ˆ3 π‘ˆ4

π‘ˆπ‘›

π‘ˆ1

𝑛−1

,π‘ˆ ,π‘ˆ ,……..π‘ˆ 2

3

, selalu tetap disebut

deret geometri atau deret ukur. Deret Geometri Naik dan Turun Suatu deret geometri yang nilai suku berikutnya lebih dari nilai suku sebelumnya, atau π‘ˆπ‘›+1 > π‘ˆπ‘› disebut deret geometri naik, sedangkan jika nilai suku berikutnya kurang dari nilai suku sebelumnya atau π‘ˆπ‘›+1 < π‘ˆπ‘› disebut deret geometri turun. Rumus suku ke-n pada deret geometri Dalam deret geometri π‘ˆ1 + π‘ˆ2 + π‘ˆ3 + ⋯ + π‘ˆπ‘› dengan rasio r dapat diperoleh hubungan-hubungan berikut ini. π‘ˆ2 = π‘ˆ1 + π‘Ÿ = π‘ˆ1 + π‘Ÿ 2−1 π‘ˆ3 = π‘ˆ1 + π‘Ÿ 2 = π‘ˆ1 + π‘Ÿ 3−1 π‘ˆ4 = π‘ˆ1 + π‘Ÿ 3 = π‘ˆ1 + π‘Ÿ 4−1 π‘ˆ5 = π‘ˆ1 + π‘Ÿ 4 = π‘ˆ1 + π‘Ÿ 5−1 π‘ˆπ‘› = π‘ˆ1 + π‘Ÿ 𝑛−1 Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh rumus suku ke-n untuk deret geometri berikut ini : Rumus suku ke n suatu deret geometri adalah : 𝑼𝒏 = π‘ΌπŸ + 𝒓𝒏−𝟏 π‘ˆπ‘› = suku ke n

n = banyak suku

π‘ˆ1 = suku pertama

r = rasio

Jumlah n suku pertama deret geometri Bentuk umum deret geometri adalah :

5

π‘ˆ1 + π‘ˆ2 + π‘ˆ3 + ⋯ + π‘ˆπ‘› Jika Sn merupakan hasil penjumlahan deret geometri maka : 𝑆𝑛 = π‘ˆ1 + π‘ˆ2 + π‘ˆ3 + ⋯ + π‘ˆπ‘› 𝑆𝑛 = π‘ˆ1 + π‘ˆ2 + π‘ˆ3 + ⋯ + π‘ˆπ‘› 𝑆𝑛 = π‘ˆ1 + (π‘ˆ1 π‘Ÿ) + (π‘ˆ1 π‘Ÿ 2 ) + ⋯ + (π‘ˆ1 π‘Ÿ 𝑛−1 ) … … … … … … … … … … … … (1) Persamaan satu dikalikan denganr, maka : π‘Ÿπ‘†π‘› = (π‘ˆ1 π‘Ÿ) + (π‘ˆ1 π‘Ÿ 2 ) + ⋯ + (π‘ˆ1 π‘Ÿ 𝑛−1 ) + (π‘ˆ1 π‘Ÿ 𝑛 ) 𝑆𝑛 = π‘ˆ1 + (π‘ˆ1 π‘Ÿ) + (π‘ˆ1 π‘Ÿ 2 ) + ⋯ + (π‘ˆ1 π‘Ÿ 𝑛−1 ) π‘Ÿπ‘†π‘› − 𝑆𝑛 = −π‘ˆ1 π‘Ÿ 𝑆𝑛 − 𝑆𝑛 = π‘ˆ1 π‘Ÿ 𝑛 − π‘ˆ1 (π‘Ÿ − 1)𝑆𝑛 = π‘ˆ1 π‘Ÿ 𝑛 − π‘ˆ1 π‘ΌπŸ 𝒓 𝒏 − π‘ΌπŸ 𝑺𝒏 = (𝒓 − 𝟏) Dua hal yang penting untuk diketahui atau dihitung dalam setiap persoalan deret, baik deret hitung maupun deretukur, adalah besarnya nilai pada suatu suku tertentu dan jumlah nilai deret tersebut sampai dengan suku yang bersangkutan. D. Penerapan Ekonomi Di bidang bisnis dan ekonomi, teori atau prinsip-prinsip deret sering diterapkan dalam kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan apabila perkembangan atau pertumbuhan suatu gejala tertentu berpola seperti perubahan nilai-nilai suku sebuah deret, baik deret hitung maupun deret ukur, maka teori deret yang bersangkutan [enad (relevant) dietrapkan untuk menganalisisnya.

a. Model Perkembangan Usaha Jika perkembangan variabel-variabel tertentu dalam kegiatan usaha misalnya produksi, baiaya, pendapatan, penggunaan tenaga kerja, atau 6

penanaman modal berpola seperti deret hitung, maka prinsip-prinsip deret hitung dapat digunakan untuk menganalisis perkembangan variabel tersebut. b. Model BungaMajemuk Model bunga majemuk merupakan penerapan deret ukur dalam kasus simpan pinjam dan kasus investasi. Dengan model ini dapat dihitung, misalnya, besarnya pengembalian kredit di masa datang berdasarkan tingkat bunganya. Atau sebaliknya, untuk mengukur nilai sekarang dari suatu jumlah hasil investasi yang akan diterima di masa datang. Jika misalnya modal pokok sebesar P dihubungkan secara majemuk dengan suku bunga per tahun setingkat i, maka jumlah akumulatif modal tersebut di masa datang setelah n tahun (Fn) dapat dihitung sebagai berikut : Setelah 1 tahun : F1= P + P . i = P ( 1 + i) Setelah 2 tahun : F2 = P ( 1 + i) + P ( 1 + i) i = P ( 1 + i)2 Setelah 3 tahun : F3 = P ( 1 + i)2 + P ( 1 + i)2 i = P ( 1 + i)3 .

.

Setelah n tahun : Fn = (.....) + (.....) i = P ( 1 + i)n Dengan demikian,jumlah di masa datang dari suatu jumlah sekarang adalah : Fn=P( 1 +i)n 
P: jumlah sekarang

i: tingkat bunga per tahun

n: jumlah tahun

Contoh soal: Seorang nasabah Bank ABC meminjam uang di bank sebanyak Rp.5.000.000 untuk jangka waktu pinjaman 36 bulan , dengan tingkat bunga 2% per tahun. a.

Berapa jumlah seluruh uang yang harus dikembalikan pada saat

pelunasan ? Jawab : Diketahui : P : 5.000.000 , n : 36 bulan = 3 tahun , i : 0,02



F= 𝑃 (1 + 𝑖)𝑛



𝐹3 = 5.000.000 (1 + 0,02)³ = 5.306.040 . Jadi jumlah seluruh uang yang harus dikembalikan saat pelunasan Rp.5.306.040 b.

Jika perhitungan pembayaran bunga bukan tiap tahun, melainkan

tiap 6 bulan, berapa jumlah yang harus dia kembalikan? Jawab : Menggunakan rumus nilai sekarang (present value), dan jika bunga yang diperhitungkan dibayar tiap 6 bulan (setahun 2 semester, maka m = 2) 𝐹𝑛 = 𝑃 (1 + 𝑖 π‘š.𝑛 ) π‘š

𝐹3 = 5.000.000 (1 + 0,01)²Ϋ°³
F3=  5.000.000(1 + 1,06152) = 5.307.600 Jadi jumlah uang yang dikembalikan menjadi lebih besar yaitu Rp.5.307.600


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FUNGSI NON LINEAR

FUNGSI NON LINIER  Fungsi non linier merupakan model yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan fungsi linier dalam penerapan ekonomi, karena sebagian dari model ekonomi linier yang ada, sesungguhnya merupakan linierisasi dari model non linier. Ada 4 macam bentuk fungsi non linier yang paling sering dijumpai dalam analisis ekonomi, yaitu : Fungsi Kuadrat, Fungsi Kubik, Fungsi Eksponensial, dan Fungsi Logaritma. Diantara ke empat fungsi nonlinier tersebut yang paling sering digunakan adalah fungsi kuadrat. 1. Fungsi kuadrat Sebuah  fungsi  polinom yang memiliki peubah/variabel dengan pangkat tertingginya adalah 2 (dua). dengan f(x) = y yang merupakan variabel terikat, x adalah variabel bebas, sedangkan a, dan b merupakan koefisien dan c adalah suatu konstanta. fungsi kuadrat terbagi menjadi beberapa jenis yaitu fungsi parabola, lingkaran, elips, dan hiperbola. namun untuk di matematika ekonomi fungsi yang paling sering digunakan adalah fungsi parabola Berikut persamaan dasar dari f

Penerapan Fungsi Linear Dalam Ekonomi

Fungsi linear adalah fungsi polinom atau suku banyak yang tidak asing lagi ditelinga teman teman yang baru memasuki dunia perkuliahan. Pasalnya fungsi linear ini telah dipelajari ketika SMP dan SMA. Di Matematika Ekonomi fungsi linear digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan didalam bidang ekonomi. Jadi di materi kali ini saya akan menjelaskan penggunaan fungsi linear dalam ekonomi. Fungsi umum linear adalah  Y = a + bx  dengan (b > 0), dimana Y sebagai variabel terikat yang dipengaruhi besar nilai X dan X sebagai variabel bebas. Berikut penggunaan fungsi linear dalam fungsi permintaan dan penawaran. A. Fungsi permintaan Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang diminta oleh konsumen dengan harga produk. Di dalam teori ekonomi dijelaskan apabila harga naik maka jumlah barang yang diminta akan turun, demikian juga sebaliknya bahwa jika harga turun maka jumlah barang yang diminta naik, sehingga grafik fungsi permintaan mempunyai slope negatif (miring ke

Fungsi linear, Aturan Perpangkatan, dan Pemfaktoran

  Aturan pemangkatan, Pengakaran, Pemfaktoran, dan Perkalian Variabel adalah suatu yang nilainya selalu mengalami perubahan dalam suatu masalah tertentu. Dalam ekonomi, variabel terdiri endogen dan eksogen. Variabel endogen adalah variabel  yang nilai penyelesaiannya diperoleh dalam model. Variabel eksogen adalah variabel yang nilainya doperoleh dari luar modal. Variabel terbagi menjadi dua, yaitu v ariabel bebas  merupakan variabel yang menjelaskan variabel lainnya. Sementara v ariabel terikat  merupakan variabel yang diterangkan oleh variabel bebas. Konstanta adalah suatu bilangan tunggal yang nilainya tidak diberubah ubah dalam suatu masalah tertentu  Paramete r adalah sebagai suatu bilangan tertentu dalam suatu masalah tertentu dan mungkin akan menjadi nilai yang lain pada suatu masalah. A. Aturan Pemangkatan        Jika variabel  x  adalah bilangan nyata yang akan dipangkatkan dan  n  adalah bilangan bulat positif sebagai pemangkat maka pangkat (eksponen) dapat didefinisikan seca